About Me

NIKON D4

Diafragma

Diafragma merupakan salah satu komponen dalam kamera manual yang fungsinya sebagai pengatur besar kecilnya bukaan lensa.Dalam kamera manual fungsi diafragma terletak pada gelang pengatur yang melingkar pada lensa

Kecepatan Rana(Shutter Speed)

Fungsinya mengatur cepat lambatnya rana terbuka sehingga dapat meloloskan seberkas cahaya yang pas dengan kebutuhan kondisi pada waktu itu.

ISO

ISO adalah satuan tingkat sensitifitas pada sensor kamera terhadap cahaya, apabila di kamera analog sama dengan nilai ASA film.

Tentukan Ukuran Dan Kualitas Gambar

Ada baiknya manfaatkan sebaik-baiknya untuk menghasilkan foto dengan kualitas terbaik yang ada

FOKUS

Lensa di kamera yang anda pakai bisa secara otomatis mencari fokus dengan memanfaatkan sistem autofokus kamera atau secara manual dengan memutar cincin fokus di lensa.

White Balance

Setelan white balance kamera memengaruhi akurasi warna foto.

White Balance

Setelan white balance kamera memengaruhi akurasi warna foto.

INSPIRATION

Memberi maaf dan berbicara dengan ramah meskipun kita berada dipihak yang benar.

INSPIRATION

Hendaknya kita menyadari, mensyukuri, dan membalas budi orang tua.

Kamis, 11 Februari 2016

Home / Break / Memahami Diafragma, Shutter Speed, dan ISO bagi Fotografer Pemula Memahami Diafragma, Shutter Speed, dan ISO bagi Fotografer Pemula

Kamera refleks lensa tunggal‎ (bahasa Inggris: Single-lens reflex (SLR) camera) adalah kamera yang menggunakan sistem jajaran lensa jalur tunggal untuk melewatkan berkas cahaya menuju ke dua tempat, yaitu Focal Plane dan Viewfinder, sehingga memungkinkan fotografer untuk dapat melihat objek melalui kamera yang sama persis seperti hasil fotonya. Hal ini berbeda dengan kamera non-SLR, dimana pandangan yang terlihat di viewfinder bisa jadi berbeda dengan apa yang ditangkap di film, karena kamera jenis ini menggunakan jajaran lensa ganda, 1 untuk melewatkan berkas cahaya ke Viewfinder, dan jajaran lensa yang lain untuk melewatkan berkas cahaya ke Focal Plane.

Kamera SLR menggunakan pentaprisma yang ditempatkan di atas jalur optikal melalui lensa ke lempengan film. Cahaya yang masuk kemudian dipantulkan ke atas oleh kaca cermin pantul dan mengenai pentaprisma. Pentaprisma kemudian memantulkan cahaya beberapa kali hingga mengenai jendela bidik. Saat tombol dilepaskan, kaca membuka jalan bagi cahaya sehingga cahaya dapat langsung mengenai film.
Nah, bagi para pemula ada tiga hal dasar dalam settingan kamera yang harus dipahami untuk dapat menghasilkan foto yang sesuai keingginan. Tiga settingan tersebut yang saya maksud adalah Diafragma, Shutter Speed, dan ISO. Hal ini terutama apabila kita menggunakan mode Manual, maka seluruh settingan kamera berada dalam kendali juru foto. Dengan memahami tiga hal tersebut maka diharapkan kita bisa menghasilkan foto yang pas, maksudnya tidak over exposure(gambar yang terlalu terang, sehingga warna detail obyek menjadi hilang) atau under exposure (gambar yang terlalu gelap).
1. Diagfragma
Diafragma merupakan salah satu komponen dalam kamera manual yang fungsinya sebagai pengatur besar kecilnya bukaan lensa.Dalam kamera manual fungsi diafragma terletak pada gelang pengatur yang melingkar pada lensa. Simbol yang dipakai adalah huruf f. Kalau kita perhatikaan di seputar gelang tersebut tertera angka dari 1,4 2 2,8 4 5,6 8 11 16 22 angka tersebut sebenarnya merupakan angka pecahan yang menggambarkan perbandingan antara besar kecilnya intensitas cahaya di luar kamera dengan intensitas cahaya yang ada di dalam lensa.Dengan demikian, misalnya f/1 sebagai bukaan yang paling besar dari sebuah lensa , itu artinya intensitas cahaya di luar dan di dalam lensa adalah sama. Kita ambil f/1 tadi sebagai bukaan yang paling besar dari sebuah lensa maka bukaan-bukaan selanjutnya merupakan separuh dari kekuatan sebelumnya. Diperoleh 1/1,4=1,4 lalu 1,4x1,4=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi f/2 dan selanjutnya secara berturut-turut diperoleh f/2,8 –4-5,6 –8 –11 dst. Karena setiap stop selisihnya separuh atau setengahnya dari angka kiri kanannya, maka dengan mudah dapat kita temukan bahwa pada f/4 cahaya yang masuk adaalah 1/2x1/2x1/2x1/2=1/16 dan pada f/8 adalah 1/2x1/2x1/2x1/2x1/2x1/2=1/64 karena angka-angka yang tertera dalam gelang diafragma tersebut sebenarnya adalah angka pecahaan maka, Angka yang kecil menunjukkan bukaan diaafragma terbesar, sedang angka yang besar menunjukkan bukaan diafragma yang kecil.
2. Kecepatan Rana(Shutter Speed)
Di samping engkol pengokang film kamera kita terdapat komponen yang disebut Selektor Kecepatan. Fungsinya mengatur cepat lambatnya rana terbuka sehingga dapat meloloskan seberkas cahaya yang pas dengan kebutuhan kondisi pada waktu itu. Kalau kita lihat selektor tersebut tertera angka B 1 2 4 8 15 30 60 125 500 1000 2000 Angka tersebut juga menggambarkan pecahan dalam skala detik, demikian misalkan, speed dipilih angka 1/60 maka kecepatan membuka rana adalah 1/60 detik. Sedangkan huruf B di depan angka 1 itu adalah tanda bahwa rana akan terbuka terus selama tombol pelepas rana masih kita tekan, atau fungsi membuka rana sesuai dengan waktu yang kita butuhkan. Fungsi selektor kecepatan B ini dipakai misalnya kita hendak memotret obyek berupa lampu reklame di malam hari atau suasana malam. Pemilihan angka kecapatan membuka rana ini bergantung pada situasi/kondisi obyek yang hendak kita foto. Untuk menangkap/membekukan obyek yang bergerak semisal mobil atau motor yang sedang melaju maka kita memilih kecepatan tinggi katakankah 500 ke atas. Sebaliknya , bila hendak menghasilkan efek benda bergerak, maka kita pilih speed lambat pada waktu kita membidik obyek yang sedang melaju tersebut. Kecepatan bisa dipilih mulai 30 ke bawah.Dengan pemilihan speed lambat maka ketika fokus kita arahkan pada obyek yang bergerak maka background yang tampak pada foto akan terlihat jelas sementara obyeknya tampak blur/gerak.Tentu saja pemilihan kecepatan ini disesuaikan dengan besar kecilnya diafragma yang kita pilih juga, agar pembakaran film pada pemotretan tepat.
3. ISO
ISO adalah satuan tingkat sensitifitas pada sensor kamera terhadap cahaya, apabila di kamera analog sama dengan nilai ASA film. Semakin besar nilai ISO maka semakin sensitif sensor kamera terhadap cahaya, sehingga semakin sensitif sensor kamera terhadap cahaya itu artinya semakin cepat sensor kamera merekam obyek. Untuk menghasilkan foto yang baik, tidak over maupun under exposure maka kita harus menguasai tiga settingan dasar tersebut. Untuk menguasai ketiga hal tersebut maka perlu banyak latihan sehingga dengan sendirinya feeling kita akan terasah untuk dapat mensetting kamera dengan tepat sesuai dengan kondisi obyek yang kita hadapi dan gambar yang kita harapkan.

Pengertian dan Sejarah Singkat Fotografi

Pengertian dan Definisi Fotografi

Fotografi  (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu “Photos”: cahaya dan “Grafo”: Melukis) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. 
Fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), Diafragma (Aperture), dan Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (Exposure). Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.
pengertian fotografi
ISO pada kamera digital, adalah ukuran tingkat sensifitas sensor kamera terhadap cahaya

Sejarah Fotografi

Sejarah Fotografi dimulai pada abad ke-19. Tahun 1839 merupakan tahun awal kelahiran fotografi. Pada saat itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti mengamati suatu gejala. Jika pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena kamera obscura. 
Berabad-abad kemudian, banyak yang menyadari dan mengagumi fenomena ini, sebut saja Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, yang berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar.
Nama kamera obscura diciptakan oleh Johannes Kepler pada tahun 1611. Johannes Kepler membuat desain kamera portable yang dibuat seperti sebuah tenda, dan memberi nama alat tersebut kamera obscura. Didalam tenda sangat gelap kecuali sedikit cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas.
gambar kamera obscura
seniman pada abad-19 menggunakan kamera obscura untuk membuat sketsa
gambar kamera obscura 2
gambar 3D kamera obscura

Berbagai penelitian dilakukan mulai pada awal abad ke-17 ,seorang ilmuwan berkebangsaan Italia – Angelo Sala menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak. Tapi ia gagal mempertahankan gambar secara permanen. Sekitar tahun 1800, Thomas Wedgwood, seorang berkebangsaan Inggris bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada kamera obscura berlensa, hasilnya sangat mengecewakan. Humphrey Davy melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida perak, tapi bernasib sama juga walaupun sudah berhasil menangkap imaji melalui kamera obscura tanpa lensa.
Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah gambar yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanen. Ia melanjutkan percobaannya hingga tahun 1826, inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.
foto pertama permanen
“View from the Window at Le Gras” foto pertama yang berhasil dicetak meskipun masih tampak kabur, dibuat oleh Joseph Nicéphore Niépce

Penelitian demi penelitian terus berlanjut hingga pata tanggal tanggal 19 Agustus 1839, desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas merkuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan asir suling. Januari 1839, Daguerre sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma.
Foto Louis Daguerre
“Boulevard du Temple” foto pertama yang diakui secara umum, dibuat oleh Louis Daguerre

Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Melalui perusahaan Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.
Tahun 1950, untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex maka mulailah digunakan prisma (SLR), dan Jepang pun mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera Nikon yang kemudian disusul dengan Canon. Tahun 1972 kamera Polaroid temuan Edwin Land mulai dipasarkan. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.
kamera nikon dslr
kamera dslr nikon

Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.

Komposisi Foto: Golden Ratio Atau Golden Section

Komposisi foto golden ratio atau golden section atau rasio emas adalah susunan foto dimana point if interest alias subyek utama diletakkan pada titik persimpangan dua garis horisontal yang memiliki perbandingan 1:1,6 atau 38/62.
Kalau anda bingung dengan penjelasan diatas, gambar dibawah ini akan cukup membantu memahami deskripsi komposisi golden ratio:
Komposisi foto golden ratio
Perhatikan titik pertemuan antara garis diagonal hijau dan merah. Titik inilah posisi yang disebut dengan golden ratio dalam komposisi foto ataupun lukisan. Kalau anda amati, komposisi rules of thirds yang terkenal itu adalah penyederhanaan dari komposisi golden ratio.
Mona lisa golden ratio
Golden ratio kalau dirunut diturunkan dari aturan matematikawan terkenal Fibonacci (pada suatu saat anda pasti pernah membaca mengenai bilangan Fibonacci saat di bangku sekolah), dimana dia menemukan golden ratio adalah susunan yang banyak ditemukan di alam: bunga matahari, kerang dll. Lukisan terkenal seperti Monalisa atau The Last Supper menggunakan komposisi dan desainer sampai sekarang juga banyak memanfaatkan golden ratio dalam pekerjaan mereka.
fibonacci green
Kalau anda menggunakan Lightroom 3 atau lightroom 4, saat akan meng-crop sebuah foto, terdapat pilihan golden ratio yang bisa kita pakai untuk menyusun komposisi ini.
Komposisi foto golden ratio 2
Menyusun foto dengan komposisi golden ratio memberi efek visual yang kuat karena dipercaya adalah komposisi yang selaras dengan alam dan berimbang.
Komposisi foto golden ratio 3

Senin, 25 Februari 2013

Mengenal Crop Factor Pada Kamera Digital

Crop factor merupakan suatu istilah yang cukup sering didengar dalam dunia fotografi digital. Crop factor berkaitan erat dengan rasio dari ukuran foto yang dihasilkan dibandingkan dengan ukuran referensi, dalam hal ini referensi yang dimaksud adalah ukuran film 35mm (ukuran gambar di film adalah 36 x 24mm). Secara matematik, crop factor merupakan perbandingan antara diagonal film 35mm (43.3mm) dengan diagonal image sensor kamera digital.

Crop Factor (CF) = Diagonal 35mm / Diagonal image sensor


Film 35mm (sumber: wikipedia)

Dalam dunia fotografi digital saat ini kamera yang mempunyai ukuran image sensor yang seukuran dengan film 35mm disebut dengan kamera full frame (misal Nikon D4, Nikon D800, Canon 5D, Canon 1Dx) sedangkan kamera dengan ukuran image sensor lebih kecil dari film 35mm disebut dengan kamera crop atau disebut juga kamera APS-C (Advanced Photo System type C).
Ukuran foto berdasarkan ukuran sensor kamera
Crop Factor pada berbagai kamera digital:

Minggu, 27 Januari 2013

Memahami Focal Length (Jarak Fokus) Lensa Kamera DSLR

Focal length atau jarak fokus merupakan jarak dalam satuan milimeter (mm) antara bagian tengah elemen optik lensa dengan gambar yang terbentuk pada sensor atau film pada kamera. 
Focal Length pada lensa kamera DSLR

Selain menentukan sudut pandang (field of view) atau seberapa luas area yang bisa ditangkap oleh kamera, focal length sebuah lensa juga mengontrol seberapa lebar atau seberapa sempit perspektifnya (pembesaran terhadap objek). Sebuah lensa dengan perspektif yang lebar (lensa wide) akan memberikan pandangan yang luas sehingga objek terlihat lebih kecil dalam foto, lensa dengan perspektif menengah (lensa normal) akan memberikan pandangan yang normal sedangkan lensa dengan perspektif sempit (lensa tele) akan membuat objek yang jauh terlihat lebih besar pada foto.
Pengaruh Focal Length terhadap sudut pandang (Field of View)

Kalau boleh disimpulkan, kira-kira begini:
Semakin pendek Focal Length, semakin lebar sudut pandang dan semakin lebar perspektif terhadap objek (pandangan yang terlihat pada foto semakin luas), hal ini dapat ditemukan pada lensa wide
Semakin panjang Focal Length, semakin sempit sudut pandang dan semakin sempit perspektif terhadap objek (pandangan yang terlihat pada foto semakin sempit), hal ini dapat ditemukan pada lensa tele.

Focal length yang paling umum dikenal dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori (catatan: beberapa kategori ada focal length nya overlapping atau tumpang tindih antara kategori-kategori yang berdekatan). Daftar berikut merupakan perkiraan focal length lensa yang digunakan dengan sedikit tumpang tindih dalam focal length antara beberapa kategori.

Lensa Ultra-Wide Angle: 10-15mm
Lensa ini menghasilkan cakupan pandangan yang lebih luas daripada lensa standar dengan membuat objek tampak lebih kecil dibandingkan dengan lensa normal. Lensa ini mempunyai DoF (depth of field, rentang kedalaman fokus pada objek) yang luar biasa sehingga memungkinkan seseorang mengambil foto dengan fokus yang sama mulai dari foreground (latar depan) hingga background (latar belakang).

Lensa Wide Angle: 16-28mm
Lensa ini sering digunakan dalam memotret pemandangan, arsitektur dan fotografi interior. Sebuah lensa wide angle berguna untuk memotret objek di lokasi dimana sang fotografer tidak memungkinan untuk bergerak mundur untuk memuat seluruh pandangan objek yang diinginkan.

Lensa Normal: 28-40mm
Rentang focal length ini baik digunakan untuk pemotretan ¾ body foto model dan full body foto model, atau untuk pemotretan grup dengan jumlah orang sedikit.

Short Telephoto Lenses: 40-60mm
Lensa dengan kisaran focal length ini disebut lensa potret, karena lensa ini memberikan perspektif atau pandangan pada kepala dan bahu dari foto model.

Lensa Telephoto Medium: 60-135mm
Lensa dengan kisaran focal length ini populer untuk foto close-up dan macro fotography karena dapat digunakan pada jarak yang dekat antara objek dan kamera.

Lensa Telephoto Panjang: 135-300mm
Focal length iniberguna untuk memperbesar objek yang terlalu jauh dari kamera untuk mengisi frame. Lensa dengan focal length ini sangat membantu dalam pemotretan konser musik di panggung, acara olahraga dan foto candid. Lensa tele memerlukan beberapa teknik untuk meminimalkan efek goyangan kamera karena lensa tele rentan terhadap goyangan yang berimbas pada berkurangya ketajaman foto.

Lensa Super Telephoto: 300mm keatas
Focal length yang sangat panjang paling berguna bagi fotografer untuk memotret satwa liar yang harus memotret dari ratusan meter jauhnya, atau makhluk yang lebih kecil dari puluhan meter jauhnya. Lensa ini sering juga digunakan untuk memotret kegiatan olahraga yang tidak memungkinkan fotografer untuk mengambil foto dari jarak dekat seperti pemotretan aksi pemain sepakbola di tengah lapangan yang diambil dari pinggir lapangan.

Perbandingan foto dengan berbagai focal length

Senin, 14 Januari 2013

Tips Mendapatkan Foto Bokeh


Bokeh berasal dari bahasa Jepang boke (ボケ) yang berarti blur (kabur). Bokeh merupakan efek blur yang halus atau soft focus pada background ketika memotret suatu objek (fokus tajam pada objek utama sementara background nya blur atau menjadi kabur).

1 = Bukan foto bokeh
2 = Foto bokeh (background nya blur)
Contoh Foto Bokeh (Photo by Abidin M Faiz Nur)
Berikut tips untuk mendapatkan foto bokeh dengan kamera DSLR:
  • Pilih setting-an aperture yang terbesar dari lensa (angka f/x terkecil, semakin kecil angka f/x maka aperture semakin besar).
  • Perhatikan jarak antara kamera dengan objek foto. Semakin dekat jarak kamera dengan objek foto maka background nya semakin blur (bokeh).
  • Pilih focal length lengsa yang paling panjang. Dengan focal length terpanjang akan memisahkan objek foto dengan background nya. Contoh: saat Anda menggunakan lensa zoom 55-250mm, pilih focal length 250mm untuk mendapatkan bokeh yang lebih bagus.
  • Gunakan lensa prime (prime lens atau fixed lens). Lensa prime merupakan lensa dengan focal length tunggal alias lensa tanpa zoom yang dapat menghasilkan foto yang lebih tajam dan kualitas optik nya lebih bagus dari lensa zoom. Lensa prime biasanya mempunyai aperture yang lebih besar sehingga bagus digunakan untuk menghasilkan foto bokeh (misal: lensa 50mm f/1.8).



Sabtu, 22 Desember 2012

27 Foto-Foto Panning Yang Mengagumkan

At The Speed Of Light


3 Wheel Motion! (+GIF)

Sunset Boulevard

Lance Amstrong Oslo Grand Prix 2009

Paris Fashion Street (v2)

Texan

Horizontals: Girl on a bicycle

Longchamp Horse Racecourse- Paris, France - Hippodrome de Longchamp

Colorful Family

nmr014 2011 - Explored (Front Page)

Top Speed (Infrared)

FULL OF ENERGY!

Family Portrait: The Wheelbarrow Race

Shovler Flight

Fast like the wind (Panning) # Explore

think in 40 years from now...

podisti

The Bond That Remains Intact

Never grow up, stay there!

The man, The animal, The skill

Rollin' on chrome

Ferrari F40

Tokyo biker

Autumn Art

Speed.

First clue: Bicycles!! (Rotterdam)

Fast-N-Low



Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More